Home Lifestyle Literasi Digital Sulawesi 2021: Tingkatkan Kompetensi Diri guna Bangun Daerah di Era Digital

Literasi Digital Sulawesi 2021: Tingkatkan Kompetensi Diri guna Bangun Daerah di Era Digital

written by Admin November 30, 2021
Literasi Digital Sulawesi 2021: Tingkatkan Kompetensi Diri guna Bangun Daerah di Era Digital

Rangkaian Program Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 30 November 2021 di Bone, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Kegiatan dengan tema ‘Menjadi Daerah Pintar di Era Digital’ ini diikuti oleh 609 peserta dari berbagai kalangan umur dan profesi.

Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni, Ketua Stikosa AWS, Meithiana Indrasari; Presenter TVRI dan Penyiar, Metha Margaretha; Pegiat Literasi Pendidikan, Makbul Moh. Jafar; serta Pegiat Literasi, Mursyid. Sedangkan moderator yaitu Freelancer, Noni Arnee. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Berikutnya, sesi pemaparan dibuka dengan presentasi dari Meithiana Indrasari yang menyampaikan tema ‘Pentingnya Memiliki Digital Skills di Masa Pandemi Covid-19′.

Menurut Meithiana, empat kompetensi yang dibutuhkan sekarang: berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kemampuan kolaborasi. Sedangkan keahlian yang harus dimiliki warganet terkait kemajuan teknologi digital, antara lain kemampuan komunikasi di media sosial, paham pengoperasian gawai dan laptop, digital marketing, edit foto, pengoptimalan mesin pencari, serta mampu menyesuaikan keahlian dengan perkembangan digital.

“Ikuti program yang dapat memberi bekal masa depan yang cemerlang dan sukses,” katanya.

Selanjutnya, Metha Margaretha menyampaikan paparan berjudul ‘Pentingnya Pemahaman Membedakan Informasi Hoaks’. Ia mengatakan, berita bohong atau hoaks memiliki ciri-ciri dapat menimbulkan kecemasan dan kebencian, sumber tidak jelas dan sulit diverifikasi, serta mengandung fanatisme. Kiat untuk mencegah penyebarannya: mengecek kebenaran setiap informasi, hati-hati dengan judul provokatif, periksa alamat situs sumber, cek keaslian foto, serta ikut dalam grup diskusi antihoaks.

“Segera adukan jika menemukan berita hoaks,” imbuh dia.

Pemateri ketiga, Makbul Moh Jafar, memaparkan materi bertema ‘Media Sosial sebagai Sarana Meningkatkan Demokrasi dan Toleransi’. Menurut dia, indeks demokrasi Indonesia (IDI) dapat diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek, 11 variabel, dan 28 indikator. Pada 2019 lalu, IDI nasional mencapai 74,92 atau naik 2,53 poin dari tahun sebelumnya. Sedangkan di Sulawesi Selatan indeks demokrasi mencapai 70,79 pada 2017 silam. Sehingga, pelaksanaan demokrasi di Tanah Air masuk dalam kategori sedang.

“Demokrasi memberikan kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi, sedangkan toleransi dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan hubungan antar individu,” ujarnya.

Adapun Mursyid, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul ‘Memahami Aplikasi Keamanan dan Pertahanan Siber di Dunia Digital’. Ia mengatakan, risiko keamanan digital yang berpotensi terjadi misalnya akses ilegal dan manipulasi data, konten provokatif dan pornografi, serta penipuan digital. Untuk perlindungan keamanan jaringan dan data, upaya yang dapat dilakukan, antara lain pengelolaan jaringan, memproteksi akses akun pribadi, melakukan pembatasan akses, serta memanfaatkan fitur keamanan.

“Keamanan digital harus dimulai dari diri sendiri,” tutur dia.

Setelah pemaparan seluruh materi, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Noni Arnee. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah seorang peserta, M Ammar, bertanya tentang perlu tidaknya materi literasi digital masuk dalam kurikulum sekolah dan kampus. Menanggapi hal tersebut, Meithiana bilang, sejatinya materi literasi digital sudah di beberapa program studi pada beberapa kampus. Selain itu, peningkatan kecakapan digital tidak mesti berangkat dari sekolah karena masyarakat dapat  memperbanyak referensi dari internet.

Program Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.

You may also like

Leave a Comment