Kedutaan Besar Australia pada hari Kamis (17/6) menggelar secara virtual sesi bincang-bincang Roderick MacKay dengan beberapa media nasional termasuk TravelmakerID. Pada kesempatan ini MacKay hadir sebagai sutradara dari film ‘The Furnace‘ yang akan tayang sebagai film pembuka Festival Sinema Australia – Indonesia (FSAI) 2021 yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 18 – 27 Juni 2021.
Ini adalah yang pertama kalinya FSAI digelar secara online untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19. Sesuai namanya, FSAI menampilkan film-film terbaik dari Australia dan Indonesia untuk penonton di seluruh Indonesia secara gratis. Tiket film dapat diakses ke situs resmi FSAI 2021.
Salah satu film dalam FSAI yang diputar adalah karya Roderick MacKay berjudul ‘The Furnace‘. Film ini menyoroti kisah terlupakan penunggang unta ‘Ghan’ Australia dari Asia Selatan, yang melintasi gurun pasir Australia yang tak kenal ampun pada masa demam emas Australia.
Menurut sutradara kebanggaan Australia kelahiran tahun 1986 ini, film garapannya sangat pas ditonton masyarakat Indonesia karena film ini juga menyoroti kontribusi umat Muslim ke Australia. Seperti diketahui, Islam adalah agama mayoritas masyarakat Indonesia.
Dalam film ini diceritakan seorang pemuda Ghan bekerja sama dengan pria misterius dalam pelarian mereka yang membawa dua batangan emas bertanda kerajaan Inggris.
MacKay mengatakan, melalui debut feature-nya ini dirinya ingin membawa secuil cerita dari sejarah Australia yang terlupakan. Dirinya ingin orang juga tahu bahwa Australia juga punya kisah kelam dan kini seolah tenggelam.
Dalam prosesnya, MacKay melakukan riset intensif yang dibantu oleh para perwakilan komunitas tersebut untuk turut menelusuri sejarah dan kisah tentang penunggang unta Ghan di Australia.
“Di sekolah, atau saat kuliah aku bahkan tidak belajar ini. Baru tahu ada kisah ini setelah kemudian melakukan riset dan bertemu dengan orang-orang dari komunitas Ghan dan lainnya,” ungkap MacKay.
Sebagai benua dan negara besar, menurut MacKay, Australia perlu belajar dan menelusuri sejarah masa lalunya sekalipun itu kelam.
“Tidak banyak orang Australia yang tahu tentang kisah ini,” ujarnya.
“Kisah ini tentu bukan sekadar penggembala unta, tapi juga menyoroti peran mereka yang turut membentuk kehidupan Australia hingga saat ini,” sambungnya lagi.
MacKay yang notabene orang kulit putih, tentu tidak ingin filmnya sekadar mengangkat ‘eksotisme’ kultural. Maka ia mengajak banyak pihak yang paham dan menjadi bagian dari komunitas yang diangkatnya untuk duduk bersama dalam melakukan riset dan mengintervensi naskahnya.
“Dalam proses pengembangannya, termasuk saat riset, kami melibatkan representasi dari beberapa komunitas yang ada di film ini. Merekalah yang menyampaikan apa yang menjadi cerita mereka, dari yang mereka lihat, supaya film ini akurat dan bisa dipertanggung jawabkan secara film. Kami melibatkan mereka sebagai konsultan untuk memandu mana saja yang sesuai dan tepat,” jelas MacKay.
Sinopsis
Australia Barat tahun 1897. Untuk melarikan diri dari kehidupan yang keras dan kembali pulang, seorang penunggang unta muda Afghanistan bermitra dengan seorang penduduk lokal misterius dalam pelarian dengan dua batang emas 400 ons bertanda Mahkota.
Bersama-sama, pasangan yang tidak terduga ini harus mengecoh sersan polisi dan pasukannya dalam perlombaan untuk mencapai tungku rahasia – satu tempat di mana mereka dengan aman dapat menghilangkan tanda Mahkota pada emas tersebut.
‘The Furnace’ adalah kisah pahlawan yang tidak lazim, menavigasi keserakahan dan pencarian identitas di negeri baru. Film ini menyinari sejarah terlupakan para penunggang unta ‘Ghan’ Australia, yang sebagian besar adalah pria Muslim dan Sikh dari India, Afghanistan, dan Persia.
Mereka melintasi pedalaman gurun yang luas, sehingga membentuk ikatan unik dengan orang-orang Aborigin setempat.