Home Nusantara GeNose C19 Diharapkan Jadi Game Changer Sektor Parekraf

GeNose C19 Diharapkan Jadi Game Changer Sektor Parekraf

written by Admin February 12, 2021
GeNose C19 Diharapkan Jadi Game Changer Sektor Parekraf

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengharapkan alat deteksi Covid-19 berbasis hembusan nafas karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19 menjadi game changer yang akan mempercepat upaya pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Menparekraf dalam sambutannya saat menerima hibah alat GeNose C19 dari Kemenristek/BRIN,pada hari Selasa (9/2) di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, mengatakan, “Dalam upaya meningkatkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif diperlukan penerapan protokol kesehatan 3M (mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) yang ketat. Selain itu diikuti dengan metode 3T yaitu testing, tracing dan treatment.”

“Daerah atau sektor yang berhasil menekan penularan Covid-19 adalah daerah yang menerapkan 3M dan diikuti dengan 3T yang ketat. Dan karena GeNose ini sifatnya adalah skrining (testing), kami tentunya akan mendorong destinasi-destinasi wisata dan berbagai fasilitas wisata untuk mengadopsi GeNose, sebuah inovasi anak bangsa yang akan menjadi game changer dalam upaya pemulihan sektor parekraf,” tambahnya.

Kehadiran GeNose C19 yang sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan saat melakukan aktivitas wisata ke destinasi. GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 yang sangat nyaman digunakan karena hanya melalui hembusan napas.

Sample hembusan napas itu kemudian ditampung dalam satu kantong dan disambungkan ke alat pendeteksi. Dibutuhkan waktu hanya sekitar 30 detik untuk mengetahui hasil dengan tingkat sensitivitas 92% dan tingkat spesifitas sekitar 95%. Saat ini GeNose telah digunakan oleh Kementerian Perhubungan di beberapa stasiun kereta.

“Saya akan sampaikan kepada dunia usaha, teman-teman yang mengelola destinasi wisata untuk segera memesan. Ini kita harapkan bisa membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang sekarang tertekan karena pandemi. Dengan testing yang diikuti dengan pelacakan yang ketat dan juga treatment yang disiplin, kita bisa membangkitkan kembali sektor pariwisata dan menggerakkan kembali ekonomi kita,” ujar Menparekraf.

Dirinya menyebutkan Provinsi Bali nantinya akan coba diprioritaskan karena merupakan daerah yang sektor pariwisata dan ekonomi kreatifnya sangat terdampak akibat pandemi.

Baca juga:
Komitmen Lawan Covid-19, Kemenparekraf Dorong CHSE & GPM

Menparekraf Tinjau Langsung Penerapan CHSE di Bali

“Bali kemarin pertumbuhan ekonominya minus 9%, ini tidak pernah terjadi sebelumnya, ini kontraksi terdalam untuk Provinsi Bali. Kemudian yang kedua Kepri dan juga Jakarta. Destinasi wisata di Jakarta akan saya dorong untuk bisa menggunakan produk ini,” jelas Menparekraf.

Namun untuk tahap awal, Menparekraf mengatakan, GeNose C19 akan ditempatkan di kantor Kemenparekraf/Baparekraf dan bertahap di Perguruan Tinggi Nasional Pariwisata (PTNP) di bawah naungan Kemenparekraf/Baparekraf dan juga Badan Otorita Pariwisata.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro di kesempatan yang sama mengatakan, kehadiran GeNose C19 sudah melalui prosedur yang panjang. Penelitian sudah dimulai sejak 10 tahun lalu yang awalnya ditujukan untuk deteksi penyakit pernapasan seperti Tuberculosis. Namun ketika terjadi pandemi, penelitian kemudian dialihkan untuk mendeteksi Covid-19.

Menristek pun mengucapkan terima kasih karena Kemenparekraf mempercayakan GeNose C19 sebagai bagian dari upaya untuk merevitalisasi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Data yang berasal dari GeNose akan langsung terintegrasi di data central sehingga akan memperkaya basis data dari penggunaan GeNose. Data ini akan digunakan untuk terus meningkatkan kualitas alat, meski dari uji validasi yang sudah dilakukan di sekitar 10 rumah sakit di Pulau Jawa dengan sekitar 2.000 sample sudah terlihat bahwa baik sensitivitas maupun spesifitasnya sudah tinggi, sudah di atas 90%,” terangnya.

Kendati demikian dirinya mengingatkan penerapan protokol kesehatan tetap dijalankan dengan baik.

“Saya percaya bahwa sektor ekonomi yang multiplier effect-nya paling besar itu adalah pariwisata, karena  banyak sekali sektor yang kemudian mendapatkan manfaat dari adanya kegiatan pariwisata baik dalam negeri maupun wisatawan dari luar negeri,” tutup Menperin/Kepala BRIN

You may also like

Leave a Comment