Singapura saat ini dikabarkan sedang menjajaki cara untuk membuka perbatasannya dengan aman. Rencana itu muncul setelah wabah Covid-19 telah ‘berhasil’ menyebabkan rekor kerugian maskapai penerbangan nasional dan menghancurkan lalu lintas di Bandara Changi, bahkan kerugian ini merupakan yang terparah sejak beroperasinya bandara kebanggaan Singapura ini.
Seperti dilaporkan Bloomberg, pada hari Selasa (6/10) satu gugus tugas multiministrik sedang mempelajari bagaimana Singapura dapat membiarkan lebih banyak pelancong datang serta meninjau proposal oleh pemangku kepentingan dan publik,
Pada hari Selasa (6/10), berlokasi di parlemen Singapura, Menteri Transportasi Singapura, Ong Ye Kung mengatakan pemerintah tidak dapat menunggu satu atau dua tahun untuk vaksin tersedia secara luas. Aturan karantina dapat diganti dengan pengujian yang lebih ketat, dan penelusuran.
“Pesan yang ingin kami kirim ke dunia adalah ini – Singapura telah mulai membuka kembali perbatasannya. Apa yang dipertaruhkan bukan hanya ratusan ribu pekerjaan, tetapi status kami sebagai pusat transportasi udara, relevansi Singapura dengan dunia, kelangsungan ekonomi kita, dan pada gilirannya, kemampuan untuk menentukan masa depan kita sendiri,” terang Ong.
Singapura telah menjanjikan sekitar SG$100 miliar (US$74 miliar atau Rp1.099 triliun) dalam langkah-langkah stimulus untuk melawan efek pandemi, termasuk subsidi upah dan inisiatif transformasi digital. Jumlah pengunjung di Changi, yang pernah menjadi bandara tersibuk ketiga di Asia untuk penerbangan internasional, telah merosot ke level terendah sejak dibangun pada tahun 1981 dan sekarang hanya menangani 1,5% lalu lintas penumpang sebelum Covid-19.
“Status quo karenanya tidak berkelanjutan. Kami perlu mengambil langkah proaktif untuk menghidupkan kembali Changi Air Hub, sebagai prioritas nasional utama,” ujar Ong.