Memasuki tahun kedua belas, festival Solo International Performing Arts (SIPA) digelar secara virtual untuk pertama kalinya pada tahun 2020 ini sebagai dampak adanya pandemi Covid-19. SIPA 2020 ini mengusung tema ‘Recognition and Acceleration’ yang didasarkan pada pehamahan seni sebagai sesuatu yang bertumpu pada penghargaan dan apresiasi untuk proses percepatan kemajuan serta persatuan.
Virtual festival SIPA digelar pada 10, 11 dan 12 September 2020 dimulai pada pukul 17.00 – 22.00 WIB secara live streaming di Youtube Channel SIPA FESTIVAL.
Tampil pada opening ceremony, yaitu maskot SIPA 2020, Dory Harsa yang membawakan lagu ‘Ninggal Tatu‘ diiringi dengan penari dari Semarak Candra Kirana. Selain penampilan dari maskot, opening ceremony SIPA 2020 juga dimeriahkan oleh 20 delegasi nasional dan internasional. Empat diantaranya yakni; Dory Harsa, Semarak Candra Kirana, Triapswaya dan Luluk Ari Prasetyo yang tampil secara live di studio.
Sementara delegasi yang memeriahkan opening ceremony SIPA 2020 antara lain Panwar Music and Dance dari Kanada, Chao Ming Tung dai Taiwan, Annabel Laura dari Belanda, My Voice – A Theatre Group dari Hongkong, Natalino Mella dari Nusa Tenggara Timur, Maria Magdalena dari Palangkaraya, Hartati dari Jakarta dan lainnya.
Luluk Ari Prasetyo, delegasi dari Surakarta mengungkapkan, “Saya sangat excited karena baru pertama tampil sendiri. SIPA beberapa kali penyelenggaraannya besar dan sukses. SIPA memberi warna untuk beberapa komunitas dan seniman. Harapannya, koreografer muda lebih dilihat oleh para kurator.”
Kemeriahan opening ceremony SIPA 2020 pun ditutup dengan penampilan dari My Voices, A Theatre Group dari Hongkong dengan karyanya yang berjudul ‘La Elección, dari Hongkong ke Bolivia.’

Maskot SIPA 2020 Dory Harsa
Berikut ini adalah daftar Delegasi SIPA 2020 yang berlangsung pada tanggal 10 September 2020, yaitu:
- Dory Harsa berkolaborasi dengan Semarak Candra Kirana (Solo)
Menampilkan lagu ‘Ninggal Tatu‘ berkolaborasi dengan Semarak Candra Kirana dan menampilkan lagu ‘Sing Tak Sayang Ilang‘ secara solo. - Burki & Com (Republik Ceska)
Menampilkan karya ‘Samurai Merah Jambu’, sebuah kisah angin garang dan pertunjukan tari ‘The Wilds: The Vanity of Plumage‘. - Agus Margiyanto (Solo)
Menampilkan karya tari berjudul ‘Touch of Emptiness‘. - ASA X Faculty of Music (UiTM – Malaysia)
Menampilkan karya berjudul ‘Angin’ sebagai penampilan ekspresi melalui musik sebagai kekuatan estetika dan energi yang unik. - Panwar Music and Dance (Kanada)
Menampilkan ‘Kathak Sargam‘ tarian berenergi tinggi yang menggambarkan perasaan gembira dari hati yang penuh kasih. - Galih Suci Manganti (Yogyakarta)
Menampilkan karya yang berjudul ‘Kidung Senja’. - Denqing Wen (China)
Perkusi solo dengan karakteristik tandingan instan dari empat suara. - Chao Ming Tung (Taiwan)
Menampilkan karya ‘Y.Y.J.Y. (2015-8)’, mimpi buruk suasana kebun di Peking opera tunes. - Luluk Ari Prasetyo (Solo)
Menampilkan karya berjudul ‘Ritual’. - NSA Project Movement (Banjarbaru)
Menampilkan karya tari berjudul ‘KALA‘ - State Music and Ballet School ‘Ilija Nikolovski- Luj’ (Masedonia)
Menampilkan karya berjudul ‘Ajde mala Stana‘, lagu-lagu dan tarian-tarian tradisional dari Daerah Skopska Blatija dan Skopska Crna Gora, Masedonia Utara. - Triapswaya (Kendal)
Menampilkan karya berjudul ‘KOLEK‘. - Annabel Laura (Belanda)
Menampilkan sebuah lagu berjudul ‘Mens Zijn‘. - Hartati (Jakarta)
Menampilkan tarian berjudul ‘Lepasan Luka’. - Maria Magdalena (Palangkaraya)
Menampilkan tarian berjudul ‘Sangga‘. - Natalino Mella (Nusa Tenggara Timur)
Pemain Sasando profesional otodidak yang mengembangkan teknik 10 jari untuk bermain Sasando. - Flying Balloons Puppet (Yogyakarta)
Menampilkan karya teater berjudul ‘Unknown Territory’. - Alireza Daryaei (Iran)
Karya yang ditampilkan didasarkan pada dua tema cerita rakyat Persia kuno yang disusun ulang, diatur ulang dan diperluas. - My Voice, A Theatre Group (Hongkong)
Menampilkan karya ‘La Elección, dari Hongkong ke Bolivia’.