Arsip digital pertama dari warisan budaya bersejarah yang bernilai tinggi dari Negara-negara Anggota ASEAN (ASEAN Member States/AMS) diluncurkan hari ini.
Website ASEAN Cultural Heritage Digital Archive (ACHDA) memamerkan versi digital lebih dari 160 benda warisan bersejarah dari Indonesia, Malaysia dan Thailand. Situs web ini memungkinkan pengunjung untuk menelusuri secara mendalam koleksi museum, galeri dan perpustakaan melalui model tiga dimensi (3D), gambar, rekaman audio, dan video warisan budaya bernilai sejarah dari tiga negara yang berpartisipasi dalam fase pertama proyek ini.
“Proyek ACHDA merupakan langkah penting dalam upaya ASEAN untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi publik terhadap warisan budaya yang kaya dan beragam di kawasan ini,” ungkap Deputy-Secretary General of the ASEAN Socio-Cultural Community, Kung Phoak dalam sambutannya.
“Kami berharap warga negara ASEAN yang menggunakan situs web ini akan lebih menghargai warisan budaya bersama dan menanamkan rasa kebersamaan regional yang lebih besar saat kami berupaya mengembangkan identitas ASEAN. Peluncuran situs web ACHDA hari ini adalah saat yang tepat ketika kami merayakan 2020 Tahun Identitas ASEAN,” tambahnya lagi.
Naskah La Galigo, sebuah epik yang ditulis pada abad ke-14, adalah salah satu dokumen digital dari Indonesia. Naskah itu tercatat dalam registri Memori Dunia UNESCO pada 2011. Situs web ini juga memberikan sekilas penampilan Mak Yong dari Malaysia, sebuah tarian ritual tradisional yang dramatis yang juga dilakukan di beberapa bagian wilayah ASEAN. Sementara itu, Thailand menghadirkan koleksi lemari manuskrip berlapis emas dalam 3D, yang dapat dilihat oleh para pemirsa dengan kisah-kisah rumit yang melibatkan makhluk-makhluk mistis secara lebih rinci.
Proyek ini didukung oleh Pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF). Duta Besar Jepang untuk ASEAN Akira Chiba lebih lanjut menyebutkan bahwa, “Siapa pun dapat mengakses banyak warisan budaya dengan mudah dan instan melalui situs web ACHDA ini, kapan saja dan di mana saja.”
“Ini adalah proyek inovatif yang menguntungkan tidak hanya ASEAN tetapi juga seluruh dunia. Kami senang melihat teknologi maju Jepang memainkan peran yang sangat diperlukan untuk meluncurkan proyek ini menggunakan JAIF,” tambah Chiba.
Situs web ACHDA juga menampilkan koleksi manuskrip daun palem yang luas dan kaya, seni modern dan kontemporer, prasasti batu, patung dan patung, senjata, dan perhiasan emas. Fase pertama proyek ini telah dimulai sejak 2018 dan fase kedua menargetkan untuk mendigitalkan koleksi dari Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Seluruh AMS akan dicakup dalam proyek di tahun-tahun mendatang.