Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya sadar betul betapa pariwisata perlu terus ‘menyesuaikan diri’ dengan kemajuan zaman terlebih tentunya perkembangan teknologi. Pemikiran ini sangat sejalan dengan keinginan besar Kementerian Pariwisata Republik Indonesia untuk terus menambah jumlah kedatangan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara hingga mencapai target besar 20 juta wisatawan mancanegara di tahun 2019 mendatang.
Tentulah strategi menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi menjadi sebuah keharusan, apalagi bila kita coba melihat fakta bahwa pariwisata memang merupakan sebuah produk yang memiliki market besar di seluruh penjuru dunia, dan hanya dapat dijangkau dengan bantuan teknologi seperti sosial media serta harus selalu terlihat lebih menarik dan tidak membosankan.
Ada 2 strategi besar dari Kementerian yang dipimpin oleh Arief Yahya sejak 2014 lalu ini, yang sempat pula diperkenalkan pada saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Pariwisata I 2018 di Nusa Dua, Bali pada hari Kamis (22/3), yaitu Nomadic Tourism dan juga Destinasi Digital.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2024465/original/053655400_1521791871-IMG-20180323-WA0003.jpg)
Nomadic Tourism diupayakan terwujud secepatnya dengan dukungan regulasi terhadap pengembangan 10 Nomadic Tourism (seperti : glamp camp, homepod, dan caravan), serta dukungan regulasi aksesibilitas untuk sea plane.
Sementara untuk destinasi digital Arief Yahya menjelaskan bahwa destinasi ini haruslah heboh di dunia maya, viral di media sosial dan ngehits di Instagram.
“Generasi milenial atau lebih populer kids zaman now sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah Instagramable. Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 destinasi digital di 34 provinsi di Tanah Air,” jelas Arief Yahya.
Lewat strategi Destinasi Digital ini Kementerian Pariwisata Republik Indonesia tentu harus mampu menjadikan pariwisata Indonesia menarik dan tidak ketinggalan zaman. Gebrakan yang diinisiasi langsung oleh Arief Yahya adalah dengan mengharuskan setiap gelaran Calendar of Event Kementerian Pariwisata memiliki ‘Photo Corner‘, area ini berfungsi agar pengunjung memiliki spot terbaik dan paling Instagramble untuk mengabadikan momennya dan kemudian meng-upload-nya ke sosial media baik itu Twitter, Facebook dan Instagram.
“Kami ingin konsep destinasi digital ini mengacu pada destinasi yang kreatif, memiliki spot fotogenik untuk diunggah di media sosial, dan viral di media sosial” ungkap Arief, saat ditemui Travelmaker.ID di Jakarta (2/4).
Tentu saja Kemenpar pun sadar tidak cukup hanya spot yang instagramble saja yang dibutuhkan, akan tetapi harus ada pula hastag/tanda pagar (tagar) yang ditentukan agar mudah menjadi trending topic dunia dan mendapat perhatian dari lapisan masyarakat global lainnya. Hal ini diharapkan memberikan efek domino terhadap kedatangan wisatawan nusantara dan mancanegara ke berbagai gelaran Calendar of Event Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Keren, Kampung Kumuh di Tangerang Disulap Jadi Destinasi Digital
Guna mewujudkan Destinasi Digital dalam jumlah yang masif, Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi dan bahkan Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota harus berkolaborasi dengan sebanyak mungkin korporasi guna dapat menciptakan sebanyak mungkin destinasi-destinasi wisata yang Instagramble.
Salah satu destinasi digital yang cukup menarik perhatian adalah Kampung Bekelir di Tangerang. Kampung yang semula kumuh dan tertinggal ini pun disulap sedemikian rupa sehingga menjadi destinasi wisata yang mampu menarik perhatian wisatawan. Kampung Bekelir yang terletak di Kampung Babakan ini punya keuntungan besar karena terletak tidak jauh dari Jakarta dan memiliki akses yang tidak rumit.
Dengan hadirnya konsep Kampung Bekelir ini artinya semakin menambah lagi sebuah icon baru wisata kampung kreatif yang masih menjadi satu-satunya di Tangerang sekaligus kampung mural pertama di Indonesia.
Ibnu Jandi yang merupakan konseptor dan sekaligus tokoh pemerhati masalah kebijakan publik serta penggerak di lapangan beserta Abu Sofiyan sebagai Lurah Babakan yang pertama kali tergerak untuk merubah nasib Kampung Babakan untuk berbenah ke arah yang lebih baik melalui konsep Kampung Bekelir.
“Semua berawal dari keresahan saya dengan Haji Abu Sofiyan yang melihat kondisi Kampung Babakan semakin kumuh. Padahal di Kampung ini hidup masyarakat dari berbagai daerah dan bahkan suku bangsa yang menurut kami sangat merepresentasikan Persatuan Indonesia dalam lingkup kecil. Akhirnya kami punya gagasan menonjolkan keberagaman di Kampung Babakan ini, sekaligus ingin menyulapnya jadi kampung yang mampu menarik orang datang sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakatnya,” jelas Ibnu Jandi yang diamini oleh Abu Sofiyan.

Konsep keberagaman di Kampung Bekelir ini dijelaskan lebih rinci lagi oleh Ketua RW 1 Kampung Babakan, Solikhin bahwa setiap inci dinding rumah di masing-masing lorong mengusung tema yang berbeda-beda sehingga terdapat ratusan mural dan grafiti yang indah dengan tema beragam.
“Di Kampung Babakan ini ada berbagai macam etnis yang tinggal, ada orang Jawa, Sumatera dan bahkan Tionghoa, jadi mural dan grafiti di tiap lorong tempat masyarakat dengan berbagai etnis ini tinggal disesuaikan dengan ciri khas etnisnya. Dan juga untuk masyarakat yang punya ide-ide spesifik terkait bentuk mural dan grafiti juga kita berikan kebebasan menentukannya,” jelas Solikhin saat ditemui langsung di Kampung Bekelir, Tangerang, beberapa waktu lalu.
Memang benar adanya, dari pantauan lansung di lokasi terlihat bahwa di dalam lorong yang banyak dihuni etnis Tionghoa misalnya, terdapat sebuah mural besar bergambarkan barongsai.

Selain keberagaman yang menjadi nilai lebihnya, di Kampung Bekelir ini para wisatawan nantinya juga dapat menikmati wisata kuliner, wisata edukasi UKM lokal seperti emping jengkol, tauge kacang hijau, sayuran hidroponik, bank sampah dan sebagainya.
Dan yang lebih menariknya, kini di Kampung Bekelir tersedia banyak warung makan yang merupakan usaha dari masyarakat setempat dengan hidangan berbagai makanan khas wilayah setempat yang rasanya lezat dan harganya terjangkau. Tak hanya itu, warung makan ini pun menyediakan colokan listrik bagi wisatawan yang ingin men-charge smartphone atau gadget-nya dan koneksi Wifi super cepat.
Kehadiran Kampung Bekelir ini sebagai obyek wisata baru yang kekinian diperuntukkan untuk masyarakat Tangerang dan sekitarnya bahkan wisatawan mancanegara yang sudah mulai banyak berdatangan, yang memperlengkap obyek wisata lain yang tak jauh dari lokasi seperti Pasar Lama, Kali Cisadane dan Klenteng Tua Boen Tak Bio.

Sesuai harapan Arief Yahya, pada akhirnya destinasi digital ini terjadi sebagai hasil dari tuntutan era digital dimana wisatawan zaman now yang didominasi oleh generasi milenial, cenderung memilih untuk berkunjung ke destinasi yang memberikan pengalaman (experience) dan memiliki spot foto yang menarik.
Berdasarkan hasil survei di seluruh dunia yang dirilis oleh Everbrite-Harris Poll pada tahun 2014 lalu, telah membuktikan bahwa generasi milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk mendapatkan pengalaman (experience) dibandingkan barang (material goods). Peluang inilah yang tidak boleh disia-siakan oleh Kementerian Pariwisata untuk membangun destinasi digital yang berkonsep kekinian guna memaksimalkan perjalanan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke berbagai destinasi menarik di Indonesia.
Bukanlah sebuah isapan jempol belaka mewujudkan destinasi digital Indonesia yang mendunia di sosial media, terlebih kini Kementerian Pariwisata telah menginisiasi lahirnya Generasi Pesona Indonesia (Genpi) sebagai komunitas yang membantu memperkenalkan berbagai program, kebijakan, dan promosi event Kemenpar di media sosial. Genpi inilah yang kemudian menciptakan ide kreatif terkait pembangunan atraksi destinasi wisata baru melalui pembangunan pasar kekinian di berbagai daerah di Indonesia.