Home Nusantara The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism Resmi Dibuka di Bali

The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism Resmi Dibuka di Bali

written by Admin May 4, 2024
The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism Resmi Dibuka di Bali

The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific resmi dibuka oleh Director for Regional Asia and the Pacific, Director of the Regional Department for Asia and the Pacific, UN Tourism, di Bali International Convention Center (BICC) Bali, Kamis (2/5/2024).

Pembukaan 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism ditandai dengan pemukulan gong oleh Director of the Regional Department for Asia and the Pacific, UN Tourism, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo; Union Minister of Hotels and Tourism Myanmar, Thet Thet Khine, Deputy Minister, Ministry of Tourism Maldives, Mariyam Nasheetha Nasheed; dan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra.

Dalam sambutannya, Harry Hwang mengapresiasi kesiapan Indonesia, terutama Provinsi Bali dalam menyelenggarakan pelaksanaan 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific di Bali pada 2-4 Mei 2024.

“Terima kasih Wamenparekraf dan Kemenparekraf atas semua dukungan kegiatan dan program pariwisata dan ekonomi kreatif Anda. Khususnya atas dukungan dan komitmennya dalam memberdayakan perempuan melalui pariwisata,” kata Harry.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo saat memberikan welcoming remarks dalam The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific di Bali International Convention Center (BICC) Bali, Kamis (2/5/2024), mengisahkan sosok Raden Ajeng Kartini, salah satu tokoh pahlawan wanita yang terkenal di Indonesia.

Sosoknya menjadi pahlawan wanita yang sangat berjasa dalam memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.

“Satu setengah pekan yang lalu, tepatnya pada 21 April, Indonesia merayakan Hari Kartini. Untuk menghormati salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, di mana ia juga menjadi simbol hak perempuan dan kesetaraan gender,” kata Wamenparekraf Angela.

Ia menyebut, ketika Kartini berusia 12 tahun, Kartini dipingit di rumah untuk mempersiapkan pernikahannya. Selama pengasingan, Kartini terus belajar secara mandiri dan diam-diam mengembangkan minatnya pada bacaan politik dan feminis barat.

Hal tersebut ia lakukan agar dapat mengubah nasib dan masa depan perempuan agar bisa setara dan berkesempatan mengenyam dunia pendidikan, karena menurut Kartini perempuan menjadi sosok penting dalam membantu peradaban bangsa.

“Ada satu kutipan terkenal Ibu Kartini yang ingin saya bagikan kepada Anda di sini. Beliau berkata dalam Bahasa Indonesia, ‘Sampai kapanpun kemajuan perempuan itu menjadi faktor penting dalam peradaban bangsa’,” kata Wamenparekraf.

Menurut Angela, pemberdayaan perempuan bukan sekadar soal pencapaian kesetaraan dan hak asasi manusia. Namun dengan pemberdayaan perempuan bisa menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Penelitian dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa dengan mempersempit kesenjangan umum di pasar tenaga kerja, dapat meningkatkan PDB di negara-negara pasar negara berkembang sebesar 8 persen.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pengurangan kesenjangan gender, hasilnya akan lebih besar lagi, yaitu akan meningkatkan PDB di negara-negara tersebut rata-rata sebesar 23 persen.

“Penelitian pun menunjukkan bahwa dengan memberdayakan perempuan, maka sama dengan solusi iklim yang lebih baik dengan peran penting mereka dalam mengelola, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam. Hal ini juga mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi kerawanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk komunitas yang lebih aman dan sehat, dan tentunya, negara,” kata Wamenparekraf.

Wamenparekraf menyampaikan bahwa Indonesia berada di peringkat 87 dalam kesenjangan gender global, dan menurut riset Global Gender Gap tahun 2022, Indonesia baru mencapai 69,7 persen kesetaraan gender. Angka ini masih diperlukan naik sebagai upaya untuk menuju kesetaraan gender.

Salah satunya dengan meningkatkan partisipasi perempuan dan pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata.

“Pariwisata disebut sebagai salah satu jawaban atas kesenjangan ketidaksetaraan gender. Karena banyaknya peluang yang diberikan, yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi di sektor tersebut. Dan di banyak belahan dunia, termasuk Indonesia, perempuan mengambil porsi besar pada tenaga kerja pariwisata dan wirausaha, bahkan di bidang pendidikan,” kata Wamenparekraf.

Meskipun partisipasi perempuan tinggi dalam pendidikan dan lapangan kerja, menurut Wamenparekraf, perempuan cenderung bekerja pada pekerjaan yang kualitasnya lebih rendah dan lebih informal.

Perempuan juga kurang terwakili dalam peran strategis dan kepemimpinan. Bahkan ketika laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama, statistik menunjukkan bahwa kesenjangan upah berdasarkan gender masih ada.

Lebih lanjut Wamenparekraf, menyampaikan peran perempuan pada UMKM Indonesia.

UMKM Indonesia menyumbang 97 persen lapangan kerja dan berkontribusi terhadap 61 persen PDB Indonesia. Dan 64 persen perempuan adalah pemilik UMKM.

“Namun sayangnya, sebagian besar dari mereka masih belum bisa meningkatkan skala usahanya dan bertahan pada usaha tingkat mikro,” kata Wamenparekraf.

Wamenparekraf pun berharap melalui 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism menjadi momentum untuk memperkuat peran perempuan dan kesetaraan gender di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).

“Dan yang terpenting, mempelajari dialog untuk menjadi tindakan nyata dan menciptakan kemajuan di sektor pariwisata hingga pemberdayaan perempuan. Dan saya percaya, pengurangan kesenjangan gender hanya bisa terjadi jika kita memiliki advokasi di tingkat tertinggi, dan ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, karena kisah Ibu Kartini mengajarkan kepada kita bahwa isu ketidaksetaraan gender berakar kuat dari struktur sosial dan kekuasaan,” kata Wamenparekraf.

You may also like

Leave a Comment