Ratusan warga Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, hari ini Jumat (18/3) menggelar ritual adat tahunan Merti Dusun yang dikemas dalam event bertajuk ‘Srobong Gobang‘.
Untuk tradisi Merti Dusun ini sendiri telah menjadi tradisi leluhur warga desa yang berada di Kaki Gunung Sumbing. Secara turun temurun tradisi ini, masih terjaga kelestariannya hingga kini. Ritual adat ini sempat berhenti karena ada pandemi Covid-19 dan kini mulai digelar kembali seiring kondisi pandemi yang semakin membaik.
Yang menarik, setiap ritual Merti Dusun digelar, para warga membuat jamuan makan berupa ingkung lengkap dengan lauk pauk lainnya beserta buah-buahan segar hasil bumi untuk kemudian dimakan bersama warga desa lainnya di makam leluhur mereka.
Umumnya, setiap ingkung yang dibawa oleh warga desa itu berupa nasi putih, nasi kuning, ayam panggang atau goreng, ada tempe dan kerupuk.
“Untuk ayam yang disajikan adalah ayam jantan atau Jago,” ungkap Amin, salah satu warga Desa Tlilir ditemui dikediamannya.
Fatkhur Rohman selaku Kepala Desa (Kades) Tlilir usai menggelar event tersebut mengatakan, Merti Dusun yang sekarang dikemas dalam bentuk karnaval budaya bernama Srobong Gobang. Ini telah berlangsung sejak tahun 2015, sehingga menjadi event yang tidak hanya dapat dinikmati oleh warga saja tapi dapat juga menjadi daya tarik wisata sehingga mampu mengundang wisatawan dari luar daerahnya.
Laksana lomba tambah Kepala Desa, masing-masing dusun dari Desa Tlilir saling unjuk gigi dan mematutkan diri keseniannya untuk menjadi yang terbaik di panggung dengan latar belakang Gunung Sumbing yang terlihat penuh pesona.
Perlu menjadi catatan pula, dalam event Srobong Gobang ini ada yang namanya ritual jamasan.
“Jamasan adalah prosesi mencuci ‘Gobang‘ alat pertanian yang akan digunakan dari tanam hingga memanen mbako. Sebelum di-jamas, seluruh warga mengiringi dengan doa agar dari masa tanam hingga panen tembakau hasilnya akan lebih baik dan harganya pun melangit, sehingga para warga merasakan dampak positifnya,” terang Kades.
Di tempat terpisah Saltiyono Atmaji selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Kabupaten Temanggung menjelaskan, event Srobong Gobang, dan event kesenian lainnya termasuk pawai/karnaval memang rutin dilaksanakan setiap tahun di Desa Tlilir. Terakhir event ini terselenggara di tahun 2019 kemudian berhenti sejak adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020 dan 2021.
“Hanya saja, belum semua event budaya kesenian desa masuk ke dalam calendar of event Kabupaten. Karena cakupannya masih tingkat dusun atau desa,” ujar Kadisparbud.
Secara potensi tambahnya, event seperti ini dapat menjadi daya tarik wisata asal dikemas secara menarik tanpa mengurangi substansi ritual budaya atau kearifan lokal. Masyarakat Kabupaten Temanggung ini Masyarakatnya kaya akan kreativitas khususnya di bidang seni budaya.
“Bupati Temanggung dalam sambutannya ketika di pasar Papringan menyatakan, Kabupaten Temanggung adalah kota festival. Temanggung sendiri kaya akan kreativitas, bisa mendukung pengembangan industri pariwisata. Di sini ada lebih dari 1.500 kelompok kesenian terdiri dari kuda lumping, warok, kubra siswa, wayang, ketoprak dan lainnya,” pungkasnya.
Berdasarkan rekap data kunjungan obyek wisata empat tahun terakhir dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Temanggung pada tahun 2018 mendapat kunjungan wisata sebesar 566.853 wisatawan, kemudian tahun 2019 meningkat menjadi 708.536 wisatawan, tahun 2000 turun menjadi 223.765 dan tahun 2021 meningkat lagi 227.558.