Souvenir dianggap sebagai hal penting yang harus ada dalam tempat wisata, apalagi bila souvenir-nya berkualitas. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Wisata Dewisambi Tebing Breksi dimana mereka berinovasi dengan membuat cemilan berupa keripik yang cukup unik karena berasal dari bermacam-macam sayuran yang belum pernah ada sebelumnya.
Kreatifitas ini bisa menjadi alternatif camilan sehat yang selama pandemi banyak dijadikan pengganti cemilan non-sehat dan lumayan dicari masyarakat banyak.
Menteri Pariwisata dan Eknonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan, segala macam solusi telah dilakukan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa wisata Dewisambi.
“Inovasi itu perlu sehingga bisa mengembangkan kualitas produk dan inovasi juga membuat produk tidak ketinggalam jaman,” ujarnya.
Seperti yang dilakukan oleh kelompok tani Desa Wisata Dewisambi, dimana membuat keripik dari berbagai jenis sayuran yang tak biasa, selain menyehatkan, hal tersebut juga merupakan sebuah inovasi yang bisa dikembangkan terus menerus dan memiliki nilai lebih.
“Ini bisa dijadikan salah satu pembukaan lapangan pekerjaan, karena melibatkan proses bertanam sayuran hingga menjadi produk cemilan kripik sehat. ini bisa memberdayakan dan melibatkan masyarakat sehingga sumber daya manusia di Desa Wisata Dewisambi menjadi produktif dan harapannya membuat pendapatan masyarakat bertambah,” terang Pak Aan selaku perwakilan Kelompok Tani Desa Wisata Dewisambi.
Selain membangkitkan sektor pertanian, segala kebutuhan bertani juga bisa menjadi salah satu celah pembukaan lapangan pekerjaan. Dimana masyarakat yang tidak bertani bisa membuat pupuk yang dibutuhkan para petani.
“Disini juga dilatih ibu-ibu untuk menanam pohon dari dinas pertanian,” jelasnya.
Di zaman yang sudah 4.0 ini, pihaknya berkomitmen untuk bekerjasama tentang Pengembangan Industri Pariwisata Kota Yogyakarta Melalui Pemanfaatan Teknologi Digital. Menparekraf menegaskan, dalam situasi pandemi seperti ini pembelian atau penjualan produk secara online memang sangat disarankan. Bahkan dirinya juga sempat mempromosikan dagangan keripik sayur yang dijajakan.
“Ini saya bantu promosikan ya, saya tag IG kelompok taninya ya,” ujar Menparekraf.
Pak Aan menambahkan dengan inovasi ini sebenarnya pasarnya cukup baik karena ekripik sayur telah menjadi camilan sehat yang mulai banyak peminatnya. Namun, karena kondisi mereka di desa maka marketing dan sarana penjualannya jadi kurang memadai. Sehingga, dirinya meminta kepada Menparekraf untuk bisa membantu pemasarannya.
“Kalau bisa di-endorse Mas Menteri di IG , karena saya yakin bisa meningkatkan penjualan produk kami,” pintanya.
Pak Aan pun menyempatkan untuk curhat bahwa sebelum pandemi, UMKM keripik dari olahan sayur seperti singkong, pare, oyong, selederi, kemangi, wortel, terong dan jamur bisa laku sebanyak 500 kilogram. Namun sejak pandemi hanya 200 kilogram sebulan.
“Tapi kami tetap bersyukur, oleh karenanya kami minta dikenalkan lagi sama Mas Menteri biar omzetnya naik,” tukasnya.
Dan dengan didatangi langsung oleh Menparekraf, Pak Aan pun sumringah sekali dan mengatakan bahwa Menparekraf itu orangnya sangat memasyarakat terutama di dunia pariwisata, apalagi di masa pandemi sekarang.
“Beliau memberikan support yang sangat besar terhadap dunia pariwisata dan tiap program yang dibuat langsung bersentuhan dengan masyarakat,” ungkap Pak Aan.