Home Lifestyle Literasi Digital Sulawesi 2021: Deteksi Dini Radikalisme di Dunia Digital

Literasi Digital Sulawesi 2021: Deteksi Dini Radikalisme di Dunia Digital

written by Admin September 9, 2021
Literasi Digital Sulawesi 2021: Deteksi Dini Radikalisme di Dunia Digital

Rangkaian Program Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 9 September 2021 di Pinrang, Sulawesi Selatan.

Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali adalah ‘Berantas Radikalisme Melalui Literasi Digital’.

Program kali ini dipandu Shinta Ardan sebagai moderator dan menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Trainer & Digital Marketing Communication, Diaz Yasin Apriadi; pemerhati media dan isu terorisme, Herwanita; anggota Komunitas Ngoding Bareng, Grysiana Rintani Mokodompit; serta pemengaruh & MC, Azhe Rachman. Kegiatan webinar kali ini diikuti oleh 619 peserta yang telah mendaftarkan dirinya terlebih dahulu.

Rangkaian Program Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa.

“Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden.

Pemateri pertama adalah Diaz Yasin Apriadi yang membawakan tema ‘Positif, Kreatif dan Aman di Internet’.

Diaz membagikan tips berperilaku di media sosial (medsos), di antaranya tidak membagikan hoaks, menggunakan bahasa yang baik dan tidak menyinggung SARA, tidak mengusik privasi orang lain, dan tidak menggunakan akses digital untuk mengganggu pihak lain.   

Selain itu, pastikan hanya membuat atau mengunggah konten digital yang baik dan positif.

Berikutnya, Azhe Rachman menyampaikan materi ‘Tips Mengenali Berita Palsu (Hoaks)’.

Menurut dia, secara umum hoaks dapat memicu kepanikan publik, bersifat manipulatif, dan menjatuhkan manusia.

“Sedangkan secara personal, hoaks bisa mengganggu situasi emosional dan suasana hati, membuang waktu dan uang, serta mengganggu produktivitas,” ujarnya.

Pemateri ketiga, Herwanita membawakan tema ‘Tangkal Radikalisme Terorisme di Ruang Digital’.

Dia mengatakan, budaya digital mengubah pola serangan radikalisme terorisme. Kelompok teror tak hanya menyasar fisik, tetapi juga psikologi dan pola pikir orang melalui radikalisasi dengan berbagai fitur di internet. Mereka giat menebar narasi kebencian, fitnah, hasutan, dan provokasi yang menjadi cikal bakal lahirnya terorisme.

“Untuk mencegahnya, diperlukan aksi dan deteksi dini terhadap munculnya radikalisme terorisme khususnya di dunia digital,” ujarnya.

Grysiana Rintani Mokodompit sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema ‘Memahami Aplikasi Keamanan dan Pertahanan Siber di Dunia Digital’.

Menurut dia, akses internet yang kian mudah menyebabkan masyarakat lebih rawan terkena kasus kejahatan siber.

“Untuk itu, jangan asal mengunduh atau mengeklik alamat atau tautan yang tidak jelas karena bisa mengarah pada pencurian data, phishing sampai penyadapan,” urainya.

Acara selanjutnya adalah sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Para peserta tampak antusias melontarkan banyak pertanyaan pada narasumber. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi.

“Bagaimana cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak semakin menjamur di negara ini?” tanya Hari Hanafiah, salah satu peserta kegiatan Literasi Digital.

Herwanita menyebutkan dua cara, yaitu kontra radikalisme dan deradikalisme. Kontra radikalisme membutuhkan peran masyarakat dan berbagai kalangan seperti pemuka agama, pendidik, media.

“Kelompok (radikal) ini tidak bisa dibiarkan atau dijauhi, tetapi dirangkul untuk menderadikalisasi pemikirannya, membersihkan kembali pemikirannya tentang paham-paham keagamaan yang salah,” paparnya.

Program Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi yang informatif yang disampaikan narasumber terpercaya.

Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun media sosial @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi

You may also like

Leave a Comment