Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama perwakilan promosi pariwisata Indonesia (Visit Indonesia Tourism Officer/VITO) di New Delhi dan Mumbai melakukan product update pariwisata untuk pasar India sebagai salah satu strategi promosi (soft selling) di tengah pandemi.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf, Nia Niscaya, pada hari Selasa (9/6) turut serta dalam webinar bertema ‘The Future of Indonesian Tourism Marketing in India’ yang membahas strategi dan upaya kesiapan Indonesia memasuki masa new normal serta product update untuk pasar India.
Tercatat sebanyak 140 industri pariwisata yang berasal dari India dan Indonesia mengikuti kegiatan webinar ini.
“Webinar ini dilakukan untuk menjaga brand awareness Indonesia terutama di pasar India, sehingga nantinya wisatawan mancanegara asal India tidak perlu ragu untuk mendatangi Indonesia karena pemerintah Indonesia sudah menyiapkan kebijakan di destinasi wisata sebagai upaya tanggap terhadap the new normal, yaitu gerakan Indonesia bersih, sehat, dan aman (Cleanliness, Health and Safety/CHS),” ujar Nia.
Nia mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan, termasuk sektor pariwisata. Pemberlakuan physical distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ikut mengubah pola pemasaran pariwisata dalam waktu singkat. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang tepat dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi pariwisata Indonesia di masing-masing pasar. Artinya, pelaku pemasaran pariwisata harus mengambil langkah yang berani dengan mencari strategi dan peluang baru dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini.
“Harapannya, Indonesia tetap menjadi favorit bagi wisman untuk berkunjung, terutama wisman asal India,” ungkapnya.
Nia juga memperkirakan bahwa Bali yang menjadi primadona wisman India akan menjadi salah satu destinasi utama yang relatif cepat pulih dan banyak dikunjungi wisatawan begitu pandemi dinyatakan usai.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung sekaligus Ketua PHRI Kabupaten Badung dan tim Percepatan Penanganan & Pemulihan Dampak Covid-19 Provinsi Bali, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, dalam kesempatan yang sama menjelaskan kesiapan Bali dalam menyambut tatanan kenormalan baru pariwisata.
Dalam paparannya, ia menjelaskan mengenai tiga fokus penting dalam penerapan protokol tersebut, yaitu subjek, objek, dan proses. Poin subjek meliputi guest’s responsibilities, employee’s responsibilities, dan 3rd party associates.
Untuk poin objek sendiri meliputi cleaning protocols (disinfectant), tools, dan standard of cleaning. Sedangkan pada poin proses terdapat protokol mengenai crowd management, queue management, seating management, serta interaction management.
Dari polling yang dilakukan saat Webinar pasar India, tercatat Bali masih menjadi destinasi favorit untuk ditawarkan kepada wisman India dengan persentase sebesar 92%, sedangkan Yogyakarta dan Lombok sama-sama memperoleh persentase sebesar 2%.
Melalui polling yang sama, health, safety, and hygiene menjadi perhatian yang utama pada saat mengunjungi destinasi wisata pada saat normal baru.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio menetapkan Bali sebagai pilot project untuk penerapan program CHS di bandara, destinasi, dan pengelola usaha pariwisata lainnya, seperti hotel dan restoran sebagai strategi mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi Covid-19.