Wabah Covid-19 telah berhasil membuat sektor pariwisata mengalami momen yang cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak, hotel-hotel di daerah pariwisata sepi karena tidak ada wisatawan, yang kini lebih memilih tinggal di rumah sampai pandemi selesai. Akibatnya sektor ekonomi di sekitar destinasi pun tidak bergerak.
Hal ini yang kemudian disorot dalam webinar bertajuk ‘Covid-19 Crisis in Tourism: Threat and Opportunity’ yang digelar oleh MarkPlus Tourism. Webinar tersebut diselenggarakan pada hari Senin (6/4), dan dibawakan langsung oleh founder & Chairman MarkPlus Tourism Hermawan Kartajaya.
Hermawan yang juga pakar marketing dunia tersebut mengajak para pelaku pariwisata untuk tetap optimis, terutama setelah Covid-19.
“Yakinlah setelah semua berakhir, wisatawan akan jalan-jalan lagi. Balas dendam setelah berbulan-bulan di rumah atau istilahnya revenge tourism. Pada saat itulah pelaku pariwisata harus memanfaatkannya. Persiapan itu harus dilakukan dari sekarang,” ungkap Hermawan.
Ada dua hal bisa dilakukan, yaitu surviving dan preparing. Untuk saat ini pelaku industri pariwisata harus bertahan. Jaga cashflow, manfaatkan pemasukan yang masih ada, sambil preparing atau mempersiapkan bisnis setelah Covid-19 selesai.
Hermawan mencontohkan beberapa destinasi pariwisata tetap promosi dengan pesan berbeda dari biasanya. Mereka berpesan masyarakat untuk di rumah dulu,
“Setelah itu ada pesan lagi kalau mereka menunggu wisatawan untuk kembali lagi. Artinya pesan yang disampaikan relevan dan menunjukan kalau destinasi tersebut sudah siap pasca Covid-19,” sambungnya lagi.
Maka dari itu sekarang memang saatnya untuk merancang rencana matang agar bisa memaksimalkan wisatawan dan pemasukan ketika masa revenge tourism. Hermawan menyebutnya menyalip di tikungan. Destinasi yang kurang populer bisa dipersiapkan dari sekarang sehingga lebih populer lagi dan ramai kunjungan.
Seperti di Indonesia di mana Bali sangat populer, wilayah lain bisa bersiap dari sekarang agar pasca Covid-19 destinasi populer di Indonesia tidak hanya Pulau Dewata tetapi juga yang lain.
Perubahan Kebiasaan
Hermawan juga melihat tren bahwa wisatawan China akan kembali dirindukan. Pasalnya sebelum Covid-19 mereka jalan-jalan ke banyak tempat. Sekarang banyak destinasi kehilangan wisatawan China karena selain kuantitas, spending mereka cukup baik.
Walau di satu sisi revenge tourism ini juga tidak serta merta membawa turis pergi jauh. Setidaknya wisatawan akan pergi ke destinasi terdekat dahulu. Seperti wisatawan China diprediksi akan mulai membanjiri Korea Selatan karena kedekatan geografis mereka.
Ini yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh pelaku pariwisata di tiap destinasi. Staycation akan sangat populer karena masyarakat akan menjajal daerah-daerah terdekat untuk dinikmati. Pemain hotel sudah bisa bersiap dari sekarang. Terakhir, behaviour atau kebiasaan wisatawan pasca Covid-19 akan berubah. Mereka diprediksi menuntut destinasi yang berkualitas.
“Mereka akan lebih peduli kepada daerah yang bisa mengakomodasi safety and healthy, sustainability sampai sistem mitigasi bencana. Seberapa berhasil suatu daerah dipandang berhasil menangani krisis, yang akan menjadi pertimbangan turis untuk datang. Sehingga pelaku pariwisata harus mempersiapkan faktor alam, kebudayaan, dan ekonomi setempat untuk dimaksimalkan. Wisatawan akan menuntut hal tersebut. Jadi selain devisa masuk, mereka mau membayar lebih karena ada value atau nilai lebih didapat. Itulah quality tourism,” sambung Hermawan lagi.
Dirinya berharap para pelaku pariwisata juga memiliki forecast atau prediksi kapan Covid-19 ini berakhir. Walau sulit, setidaknya pelaku usaha memiliki timeline untuk bersiap lagi pasca Covid-19.
Webinar ini sendiri adalah pembuka dari webinar-webinar dari MarkPlus Tourism yang akan digelar beberapa batch mulai hari Senin (6/4) sampai Awal Mei (1/5). Tema webinar sendiri memang disesuaikan dengan tema relevan saat berlangsung, yaitu sektor pariwisata menghadapi Covid-19.
Selain Hermawan, akan hadir praktisi-praktisi pariwisata lain untuk berbagi update industri dan ilmu, mulai dari perhotelan sampai pengelola destinasi wisata.