Acap kali muncul perasaan takjub tiap kali berkesempatan melihat sebuah destinasi wisata yang tertata sangat indah, akan tetapi dijalankan dengan kekuatan keyakinan dengan melibatkan potensi masyarakat sekitarnya. Seakan terasa betul manfaat keberadaan sebuah destinasi wisata tersebut bagi masyarakatnya dan tampak pula rasa tanggung jawab mereka dalam menjaga destinasi wisata tersebut.
Sekali waktu Tim TravelmakerID, dapat kesempatan istimewa berkunjung ke Kawasan Konservasi Biodiversity Sungai Upang yang terletak di Kampung Tanah Bawah, Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka.
Sungai Upang?
Bahkan namanya saja baru kali pertama itu terdengar, jelas saja destinasi wisata ini bukanlah destinasi yang populer di kalangan travelers Indonesia dan dunia, tapi sudah cukup dikenal oleh masyarakat setempat.
Ada beberapa potensi wisata yang bisa dinikmati di Kawasan Konservasi Biodiversity Sungai Upang ini, seperti wisata perahu yang menyusuri Sungai Upang, apalagi di area sungai ini juga dijadikan habitat Anggrek yang di tanam secara masal oleh pemerintah desa setempat dan pihak terkait, walaupun sayangnya seakrang habitat Anggrek tersebut hanya tersisa beberapa karena terjangan kebakaran hutan beberapa waktu lalu, lalu ada pondok-pondok yang berlatarkan pemadangan indah Sungai Upang, dan bisa juga memancing.
Berkat dukungan nyata dari pemerintah dan pihak-pihak terkait, masyarakat lokal pun mulai melirik potensi wisata yang ada di Sungai Upang dan tiap akhir pekan berbondong-bondong datang ke kawasan ini.
Ada 6 pilar konservasi di Sungai Upang ini yaitu:
- Konservasi KEHATI,
- Konservasi Energi,
- Pengelolaan Kawasan yang Lestari,
- Arsitektur Hijau dan Transportasi Internal,
- Konservasi Etika, Seni dan Budaya,
- Kaderisasi Konservasi.
Diakui oleh Holidi yang merupakan Kepala Desa Tanah Bawah bahwa keberadaa Sungai Upang sudah menjadi penyangga kehidupan para masyarakatnya, ada yang menjadi nelayan, supir perahu dan usaha menjual makanan kecil di Kawasan Konservasi Biodiversity Sungai Upang ini.
“Banyak masyarakat sekitar Sungai Upang yang bergantung dengan adanya Kawasan Konservasi ini, ada yang menjadi nelayan Ikan Tapah, ada yang jadi supir perahu untuk penyeberangan pengunjung dan juga ada beberapa yang membuka kios makanan ringan,” terangnya.
Menariknya, selain air sungai yang sangat jernih, Sungai Upang ini juga masih sangat alami. Sehingga masih banyak jenis ikan yang hidup di sungai ini. Bahkan ikan-ikan tersebut sulit ditemukan di sungai-sungai lain, seperti Ikan Tapah yang merupakan ikan khas dari Sungai Upang. Berdasarkan pengakuan Holidi, Ikan Tapah terbesar yang ditangkap nelayan beratnya mencapai 70 Kg.
“Ikan Tapah itu ikan khas Sungai Upang. Besar-besar ikannya, dan jadi ikon kawasan Sungai Upang ini. Yang terbesar pernah ditangkap beratnya mencapai 70 kilogram,” ungkapnya.
Holidi pun menyampaikan harapannya agar keberadaan Kawasan Konservasi Biodiversity Sungai Upang ini bisa tetap terus dijaga dan tidak rusak.
“Khususnya bagi kami di Desa Tanah Bawah keberadaan Sungai Upang sangat penting artinya, saya berharap pengunjung terus menjaga kelestarian alam yakni hutan dan sungai agar dapat dterus dikembangkan yang nantinya dapat memakmurkan masyarakat desa,” ujarnya.