Qiscus, startup digital naungan inkubator Indigo.id, mendapat kepercayaan untuk turut serta mendukung perhelatan Asian Games 2018 melalui implementasi teknologi RTC (real-time communication).
Melalui kerja sama dengan berbagai mitra smart city players, teknologi karya orisinil perusahaan asal Yogyakarta ini memungkinkan proses koordinasi dan pengamanan dari berbagai lokasi pertandingan ke command center dilakukan dengan mudah dan praktis.
Hadir dalam platform mobile dan website, implementasi teknologi RTC berupa chat, call, hingga video streaming dari Qiscus membantu merampingkan koordinasi dan komunikasi antara tim yang tersebar selama helatan pesta olahraga terbesar di Asia yang melibatkan 45 negara tersebut.
CEO sekaligus Co-Founder Qiscus, Delta Purna Widyangga mengatakan, teknologi RTC memungkinkan orang dapat bertukar informasi dan berkomunikasi secara real-time. Teknologi ini juga memungkinkan orang berinteraksi secara langsung seperti halnya ketika individu bertatap muka.
“Penerapan teknologi RTC ini sangat universal seperti halnya kebutuhan untuk berkomunikasi itu sendiri. Hadir berupa chat, video call, hingga video streaming, Qiscus adalah salah satu inovasi yang memungkinkan berbagai data dan informasi tersentral ke dalam satu dashboard,” katanya saat ditemui di Jakarta, Minggu (2/9).
Menurut Delta, dengan memanfaatkan teknologi live streaming, operator dapat memantau setiap aktivitas di lapangan dengan lebih efektif dan efisien. Selain itu, hal yang membedakannya dengan aplikasi komunikasi sejenis di pasaran adalah RTC dari Qiscus memungkinkan pengembangan di server lokal (on-premise deployment) sehingga keamanannya dapat lebih terjamin.
Startup digital yang berdiri sejak tahun 2013 ini telah memiliki sedikitnya 300 klien di seluruh dunia. Tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga negara-negara di Asia Tenggara, hingga Eropa dan Amerika.
Berdiri sejak tahun 2013 dari tiga co-founder yakni Delta Purna Widyangga, Muhammad Md Rahim, dan Evan Purnama, perusahaan yang fokus pada pengembangan chat software development kit (SDK) ini kini semakin matang menjadikan SDK miliknya sangat extendable.
Artinya, teknologi yang bermula dari kebutuhan komunikasi berupa chat kini dapat dikembangkan dengan berbagai integrasi mulai dari chatbot, video call, streaming, data analytics, payment ataupun sistem lainnya. Tentunya, pengembangan ini dengan tetap memperhatikan aspek reliabilitas dan skalabilitas dari SDK itu sendiri.
Delta melanjutkan, RTC buatannya dapat menjadi solusi yang cukup inovatif dari kebutuhan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi secara aman seperti dalam perhelatan Asian Games 2018 ini. Selain itu, karena dikembangkan oleh programmer lokal, maka tingkat asistansi dan kualitas layanan bisa diberikan dengan lebih baik.
Penggunaan teknologi seperti ini dapat membantu terpusatnya arus informasi dan koordinasi yang dalam konteks Asian Games 2018 melibatkan berbagai institusi dan organisator dalam skala besar. Diharapkan, melalui teknologi RTC, petugas lapangan dan command-center dapat saling berkomunikasi secara real-time untuk memaksimalkan proses monitoring keamanan selama berlangsungnya acara.
“Momen Asian Games ini menjadi titik awal kami memberikan layanan streaming kepada publik yang lebih luas. Implementasi teknologi RTC saat ini memang sangat diperlukan di berbagai industri, tak terkecuali dalam konsep smart city yang digadang-gadang menjadi salah satu tolok ukur kemajuan suatu wilayah atau kota,” sambungnya.
Menurut Delta, implementasi teknologi RTC ke dalam produk-produk smart city ke depannya dapat melampaui fungsi monitoring dan koordinasi dalam acara atau tim berskala besar, tetapi juga di banyak studi kasus. Sebut saja dalam koordinasi mitigasi bencana, koordinasi bantuan, dan masih banyak lagi.
“Seiring dengan nilai utama kami di Qiscus perihal kolaborasi, kami sangat terbuka dengan semua bentuk kerja sama produk atau bisnis dalam hal pengimplementasian teknologi RTC yang kami kembangkan,” pungkasnya.