Tepat di bulan Juli ini, Sarirasa Group merayakan ulang tahunnya yang ke-51, sebuah pencapaian luar biasa bagi grup restoran yang telah menjadi bagian penting dari lanskap gastronomi Indonesia sejak 1974. Dimulai dari satu misi sederhana untuk meningkatkan citra hidangan Nusantara—yang dahulu kerap dipandang sebagai makanan kaki lima—Sarirasa kini menaungi sejumlah brand ternama seperti Sate Khas Senayan, TeSaTe, Gopek House, TeKoTe, dan unit terbarunya, Pantura.
Didirikan oleh keluarga dengan kecintaan mendalam terhadap kekayaan kuliner Indonesia, Sarirasa memulai langkahnya dengan satu tujuan: membawa makanan tradisional ke panggung yang lebih terhormat. Hidangan yang dulunya hanya ditemukan di warung pinggir jalan kini dihadirkan dengan standar restoran modern tanpa menghilangkan keaslian rasa. Dari Sate Ayam Ponorogo dan Soto Betawi hingga ragam jajanan pasar, Sarirasa menghadirkan kuliner Indonesia dalam kemasan yang menggugah selera dengan cita rasa yang membumi, dan autentik. Benny Hadisurjo, generasi kedua yang kini memimpin Sarirasa Group, mengenang bahwa semangat awal Sarirasa dimulai dari kerinduan pribadi keluarga besarnya—kakek, nenek, serta kedua orang tuanya—akan makanan favorit mereka dari Jawa Tengah dan Bandung.
“Waktu itu, sangat sulit menemukan tempat di Jakarta yang menyajikan masakan daerah dengan cita rasa autentik dalam suasana yang nyaman. Kebanyakan hanya tersedia di warung pinggir jalan dan sering kali kurang nyaman. Keluarga kami ingin menghadirkan ruang makan yang bersih dan menyenangkan, namun tetap setia pada rasa asli hidangan-hidangan tradisional tersebut,” ujar Benny Hadisurjo.
Sebagai bisnis keluarga, nilai-nilai tradisional dan komitmen terhadap kualitas menjadi fondasi utama sejak awal. Di bawah kepemimpinan Benny Hadisurjo, Sarirasa tidak hanya melanjutkan warisan tersebut, tetapi juga membawanya ke tingkat yang lebih tinggi melalui pendekatan manajerial yang profesional, adaptif terhadap perubahan zaman, dan terbuka pada inovasi.
“Kuliner adalah bagian dari identitas bangsa. Lewat makanan, kita bisa bercerita tentang nilai, sejarah, dan kebudayaan. Itulah yang terus kami jaga selama 51 tahun ini,” ujar Benny Hadisurjo,CEO Sarirasa Group.
Ragam Brand dengan Cita Rasa Khas
Keberhasilan Sarirasa Group tak lepas dari kemampuannya mengembangkan unit bisnis yang unik, kuratif, dan berakar kuat pada kekayaan rasa Indonesia:
● Sate Khas Senayan, brand ikonik pertama, secara khusus menyajikan hidangan khas Jawa, mulai dari hidangan andalan mereka Sate Ayam Ponorogo hingga Ayam Goreng Kremes dengan pendekatan penyajian yang modern namun tetap membumi. Seiring waktu, semangat untuk merayakan keberagaman rasa Nusantara mendorong Sate Khas Senayan untuk memperluas ragam kulinernya. Menyadari bahwa kuliner Bali merupakan salah satu yang paling kaya dan kompleks di Indonesia, berbagai hidangan khas Pulau Dewata pun turut dihadirkan dalam menu, memperkaya pilihan dan pengalaman bersantap pelanggan. Saat ini, Sate Khas Senayan telah memiliki 73 gerai di seluruh Indonesia, dan akan membuka dua gerai baru di Belanda dengan mengusung kembali nama Sate House Senayan dan tagline “Food That Speaks a Thousand Stories.”
● TeSaTe, dengan semangat “A Flavorful Journey through Indonesia”, hadir sebagai versi premium dalam format fine casual dining—menghadirkan pengalaman kuliner Indonesia yang elegan untuk keluarga maupun acara spesial.
● TeKoTe adalah lini minuman yang dirancang untuk melengkapi TeSaTe. Mengusung gaya yang modern dan estetik, TeKoTe memperkenalkan kembali minuman khas Indonesia kepada generasi muda, menjembatani tradisi dan tren masa kini.
● Gopek menyuguhkan sajian Tionghoa Peranakan yang autentik dan penuh nostalgia, berpadu dengan kekayaan rasa khas pasar tradisional Indonesia. Lebih dari sekadar tempat makan, GOPEK hadir untuk mengedukasi pecinta kuliner lokal tentang warisan Peranakan yang kerap lebih dikenal lewat kuliner Singapura atau Malaysia. Dengan pendekatan ini, GOPEK membawa kembali perhatian pada kekayaan dan keragaman budaya Indonesia yang sering terlupakan.
● Pantura, unit terbaru dari Sarirasa, menghadirkan kekayaan kuliner pesisir utara Jawa dengan sentuhan kekinian tanpa meninggalkan keaslian rasa. Mengusung hidangan khas dari Cirebon, Tegal, dan Pekalongan, Pantura mengadopsi konsep warung modern dengan sistem self-service, menciptakan pengalaman bersantap yang hangat, cepat, dan tetap autentik.
Kuliner sebagai Wajah Budaya
Sarirasa bukan sekadar penyaji makanan, tapi juga duta budaya Indonesia melalui cita rasa. Setiap menu dikurasi dengan cermat untuk mempertahankan keaslian resep, menyerap kearifan lokal, dan memperkenalkan keragaman masakan daerah kepada publik. Cerita dalam setiap hidangan menjadi cara Sarirasa membangun koneksi emosional antara kuliner
dan identitas bangsa.
Menuju Usia 100 Tahun: Melanjutkan Warisan Rasa, Budaya, dan Identitas
Memasuki usia emasnya, Sarirasa menatap masa depan dengan penuh optimisme. Harapan untuk mencapai 100 tahun Sarirasa bukanlah sekadar impian, melainkan komitmen jangka panjang untuk terus mengawal dan merawat warisan kuliner Indonesia lintas generasi. Dengan menggabungkan inovasi dan keberlanjutan, Sarirasa ingin tetap relevan dan terus menjadi bagian dari perjalanan budaya bangsa.
Tahun ke-51 ini menjadi lebih istimewa dengan dimulainya ekspansi global Sarirasa melalui brand internasional mereka, Sate House Senayan. Setelah sukses membuka gerai perdananya di Canggu, Bali pada Desember 2024, Sarirasa kini siap melangkah ke panggung dunia dengan membuka dua gerai Sate House Senayan di Belanda.
Soft Opening untuk gerai pertama dijadwalkan berlangsung pada Agustus 2025, menandai tonggak penting dalam sejarah perjalanan Sarirasa sebagai duta kuliner Nusantara di kancah internasional. Ekspansi ini bukan hanya bertujuan memperkenalkan rasa khas Indonesia kepada dunia, tetapi
juga mengemban misi budaya yang lebih besar menghadirkan cerita, tradisi, dan filosofi hidup bangsa Indonesia melalui setiap sajian. Sarirasa juga akan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang seni, kriya, dan budaya untuk menjadikan Sate House Senayan sebagai ruang diplomasi budaya yang hidup.
Melalui momentum ini, Sarirasa mengajak seluruh pecinta kuliner Indonesia, pelaku industri kreatif, komunitas budaya, dan masyarakat luas untuk bersama-sama mendukung misi menjaga dan merayakan kekayaan kuliner Nusantara. Karena setiap piring yang tersaji bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang identitas, sejarah, dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. “Kami percaya, makanan yang baik bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita. Dan Indonesia punya banyak cerita yang menunggu untuk diceritakan.” tambah Benny.