Home Nusantara 20 Seniman Dalam & Luar Negeri Tampil Pada Penutupan SIPA 2020

20 Seniman Dalam & Luar Negeri Tampil Pada Penutupan SIPA 2020

written by Admin September 14, 2020
20 Seniman Dalam & Luar Negeri Tampil Pada Penutupan SIPA 2020

Pada hari ketiga pelaksanaan, Solo International Performing Arts (SIPA) 2020 menggandeng 20 penampil. Sajian karya ke-20 seniman dalam negeri maupun mancanegara tersebut menjadi penutup SIPA 2020 pada Sabtu ini. Setelah mampu menghadirkan total lebih dari 50 ribu penonton pada hari-hari sebelumnya, virtual festival SIPA hari ketiga kembali digelar mulai pukul 17.00 – 22.00 WIB secara live streaming di Youtube Channel: SIPA FESTIVAL, pada hari Sabtu (12/9).

Diawali penampilan karya ‘Feeling The Present‘ oleh Cristina Duque, tampilan virtual festival hari Sabtu ini merepresentasikan kolaborasi Indonesia dengan mancanegara, salah satunya negara Ekuador.

Tak kalah, berbagai penampil dalam negeri dari berbagai daerah juga turut membawa karya asli Indonesia untuk diperkenalkan melalui SIPA 2020. Para seniman tersebut adalah WaJiwa dari Bandung, Sanggar Pesona Rumpun Pesisir Bencoolen dari Bengkulu, Tri Anggoro dari Yogyakarta, dan lain sebagainya. Adapun delegasi dari Karanganyar, Enno Dance akan menyajikan karya berjudul ‘WOMB’ secara langsung di studio.

Beberapa delegasi luar negeri juga ikut serta memeriahkan hari terakhir pelaksanaan SIPA tahun ini. Negara-negara seperti Malaysia, Cina, Taiwan, Korea, hingga Ecuador turut menyuguhkan sajian khasnya secara virtual.

Maskot SIPA 2010 sekaligus seniman keroncong asli Solo, Sruti Respati kembali menjejaki panggung SIPA sebagai penampil penutup. Sruti akan menampilkan karyanya secara live di studio.

“Tahun 2020 ini saya kembali ke rumah saya, yaitu SIPA. Seperti halnya orang yang bekerja merantau, ketika kembali ke rumah tentu ada perasaan suka cita, perasaan bahagia,” ungkapnya.

Sruti juga berharap, SIPA di masa depan dapat menjadi rumah dan ruang bagi seniman-seniman lain untuk menyalurkan ide kreatifnya dan menjadi alternatif suguhan dunia.

Dengan ditutupnya SIPA 2020, maka berakhir pula rangkaian acara dalam memeriahkan virtual festival ini, seperti lelang barang seni, pojok donasi, serta SIPA Mart 2020.

Melalui tema ‘Recognition and Acceleration‘, SIPA 2020 memberikan apresiasi kepada para seniman yang terus berupaya melestarikan seni di tengah percepatan dan kemajuan zaman.

Berikut Daftar Delegasi SIPA 2020 pada tanggal 12 September 2020

  • Cristina Duque (Kolaborasi Ekuador-Indonesia)
    Menampilkan ‘Feeling The Present‘, sebuah tarian tentang kehidupan dan bagaimana mendapatkan cara lain untuk semangat dan merasa tenang.
  • Ensambel Stone (Sragen)
    Menggambarkan ‘Sidhem Manekung‘ sebagai suatu aktivitas doa dalam keheningan atas rasa syukur dan harapan manusia terhadap Tuhan.
  • WaJiwa (Bandung)
    Melalui karya ‘Ibu Anak Cigantiri’, menceritakan kampung yang hilang dan berubah menjadi kota.
  • Ferry Alberto Lesar (Jakarta)
    Menampilkan karya berjudul ‘Tempat yang Tenang’, terinspirasi dari Matius 7:1-2.
  • Anak Seni Asia X Supersede Entertainment (Malaysia)
    Menyajikan ‘Angin’, suatu karya musik dengan perpaduan suara biola dan selo yang berasal dari angin, memberikan energi padanya dan ruang melalui media virtual.
  • Woro Mustiko Siwi (Semarang)
    Seniman yang menggeluti seni vokal hingga pedalangan.
  • Tri Anggoro (Yogyakarta)
    Menampilkan karya tari berjudul ‘Japa’.
  • Satwika (Surakarta)
    Melalui ‘Bumiku Telah Tersenyum’, menyampaikan perasaan pilu dan keluh kesah atas lumpuhnya peradaban manusia dengan adanya pandemi.
  • Burki&Com (Republik Ceska)
    Menampilkan karya berjudul ‘Pink Samurai, The Story of Ferocious Wind’ dan ‘The Wild: The Vanity of Plumage’.
  • Gao Ping (China)
    Menggubah ‘Ode to Lotus Blossoms‘ untuk suara wanita, xiao (seruling bambu vertikal Cina), dan qin (sitar meja Cina).
  • Irfan Setiawan/Ali Dance Company (Bangka Belitung)
    Menampilkan karya berjudul ‘In Spirit, in Reality‘ yang terinspirasi dari sastra tutur kuno Melayu Bangka ‘Bedaek‘ yang memiliki banyak makna, wasiat, dan kritik.
  • Park Na Hoon Company (Korea)
    Menyajikan ‘Scissor-tail Sergeant’ untuk menyampaikan pesan sosial dari sebuah tari yang berdoa untuk hidup perdampingan, dari generasi muda hingga tua.
  • Sanggar Pesona Rumpun Pesisir Bencoolen (Bengkulu)
    Menampilkan sebuah karya berjudul ‘Tabik Beredok‘.
  • Retno Sulistyorini/Enno Dance (Karanganyar)
    Menampilkan karya ‘WOMB’, suatu penghormatan kepada semua ibu terkhusus ibu pertiwi.
  • Lee-Yun Dance Group (Taiwan)
    Mempersembahkan karya ‘The Twelve Grannies’ Blessings‘, diadopsi dari cerita Parade Dua Belas Nenek oleh seni tradisi Tainan, Taiwan.
  • Jamaluddin Latif (Yogyakarta)
    Dengan karya “Babad Dermayu” yang menveritakan asal-usul berdirinya Daerah Indramayu.
  • MOU Dance Company (Bandung)
    Mengeksplorasi estetika feminitas dan maskulinitas secara bersamaan melalui karya ‘W’.
  • Sanggar Binsaloart Desa Sawah (Kuansing, Teluk Kuantan)
    Menampilkan karya teater berjudul ‘Surak Rang Kuantan‘, terinspirasi dari kisah di Tepian Narosa sebagai tempat wisata budaya Pacu Jalur kebanggaan Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
  • Edgar Freire & Adriana Herrera (Ekuador)
    Ishkay‘, karya tari tentang konsep dualitas di dalam Andean Cosmovision, sebagai tanggapan dari pertanyaan identitas di waktu sulit ini.
  • Sruti Respati (Solo)
    Seniman keroncong asli Solo dengan Keroncongisasi Sruti Respati.

You may also like

Leave a Comment