Home Nusantara Survei Adventure Outlook 2022: Minat Wisata Alam & Petualangan Semakin Meningkat

Survei Adventure Outlook 2022: Minat Wisata Alam & Petualangan Semakin Meningkat

written by Admin October 26, 2021
Survei Adventure Outlook 2022: Minat Wisata Alam & Petualangan Semakin Meningkat

Minat besar masyarakat terhadap wisata alam dan petualangan di masa pandemi kian tinggi, hal ini menjadi buah dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menemukan jenis wisata yang cocok dilakukan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Survei Adventure Outlook 2022 menunjukkan hampir semua responden atau sebanyak 99% menyatakan berminat melakukan perjalanan wisata alam mau pun petualangan.

Keinginan itu dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan Clean (bersih), Healthy (sehat), Safety (aman) dan Environment Sustainability (CHSE) serta asuransi perjalanan.

Survei Adventure Outlook 2022 yang dilakukan Indonesia International Outdoor Festival bersama Kopisetara dan didukung penuh oleh Bank BJB menunjukkan persepsi responden yang sebagian besar (86,2%) menyatakan sangat penting dan penting diberlakukannya sertifikasi Cleanliness, Health, Safety & Environmental sustainability (CHSE) di masa pandemi.

Sebanyak 72,7% responden juga menganggap pentingnya operator memperhatikan penerapan bukti vaksin dan disiplin protokol kesehatan.

“Hasil survei ini memberi gambaran pada pelaku industri pariwisata alam dan petualangan untuk lebih memperhatikan konsep-konsep dan kebijakan pemerintah terkait protokol kesehatan dan keamanan serta kenyamanan berwisata di era baru,” ujar Heru Prasetya, Kepala Litbang Arah Kita Media Group yang timnya melakukan survei Adventure Outlook 2022.

Gaya Berwisata

Heru menjelaskan, survei juga membidik gaya atau kebiasaan berwisata responden. Sebagian besar responden menyatakan melakukan perjalanan wisata beberapa kali dalam satu tahun dengan persentase 58%.

“Yang menggembirakan, 35% responden menyatakan berwisata setidaknya satu bulan satu kali, dan sebesar 7% menjawab melakukan kegiatan wisata setiap minggu,” ujarnya.

Untuk menggali informasi lebih detail, jelas Heru, dilakukan crosstabulasi dan dapat diketahui bahwa wiraswasta yang paling banyak melakukan perjalanan wisata setiap minggu. Sedangkan yang bekerja sebagai karyawan cenderung melakukan perjalanan wisata sebulan sekali dan setahun beberapa kali.

Sebagian besar responden menyatakan kombinasi pergi bersama teman, keluarga dan pergi sendiri (campuran) sebesar 53%. Sedangkan yang khusus suka pergi bersama teman sebesar 26%, dan yang suka pergi bersama keluarga sebesar 17%. dan yang suka pergi sendiri hanya 4%.

Untuk melihat konsistensi jawaban di atas kroscek yang dilakukan menunjukkan bahwa yang suka pergi sendiri adalah kelompok usia 17-25 tahun. Yang suka pergi bersama keluarga adalah kelompok usia di atas 26 tahun dan yang suka pergi bersama teman adalah mereka yang berusia 17 – 35 tahun.

Lewat survei juga diketahui bahwa sebagian besar responden 72% menghabiskan waktu berwisata selama 2 hari 1 malam hingga 3 hari 2 malam. Sedangkan yang berlibur lebih dari 3 hari 2 malam sebesar 24%.

Jenis akomodasi yang mereka pilih untuk berwisata adalah Glamping/camping, campervan sebesar 51%, Homestay/guesthouse sebesar 29%, Hotel berbintang 13% dan properti pribadi yang disewakan sebesar 7% .

Hasil survei menurut Heru juga menunjukkan besarnya peran digitalisasi. Hasil survei menyebutkan 72% responden mengatur perjalanan sendiri dalam arti menyusun rencana perjalanan sendiri dengan menggali informasi dari mesin pencari, website, dan media sosial operator perjalanan atau aktivitas. Sedangkan yang menggunakan konsultan dan  travel agent (campuran keduanya) sebesar 24%.

Terkait dengan media sosial, hasil survei menunjukkan 96% responden melakukan dokumentasi perjalanan wisata, dan sebagian besar di antaranya mempunyai kebiasaan berbagi melalui media sosial seperti Instagram sebesar 86%, Facebook 58%, Youtube 18% dan Twitter 11%.

“Hasil survei ini menunjukkan jenis media sosial apa yang paling banyak digunakan oleh responden, sehingga bisa menjadi gambaran pada pelaku industri pariwisata saat menyusun dan melakukan konsep promosi,” papar Heru.

Ketika responden ditanya tentang jenis wisata yang paling diminati, tambah Heru, sebanyak 47% menjawab campuran wisata alam, wisata kota/desa , wisata budaya, wisata religi dan lain-lain. Kemudian campuran wisata alam, wisata kota/desa dan wisata budaya sebesar 23%. Responden yang tegas memiliki minat wisata alam 18% dan sisanya memilih wisata alam dan wisata kota/desa sebesar 12%.

Survei juga memberi gambaran kegiatan wisata alam yang diminati responden dari risiko rendah hingga risiko tinggi hampir sama rata. Mereka yang suka risiko tinggi sebesar 37%, risiko sedang 34%, risiko ringan 28%.

Pelengkapan Perjalanan

Adventure Outlook 2022 juga menyinggung pilihan responden terkait travel equipment atau peralatan perlengkapan wisata alam dan petualangan.

Sebagian besar responden memberikan prioritas pada kualitas, kegunaan, model warna (campuran) sebesar 65%. Sedangkan yang khusus memprioritaskan kegunaan sebesar 18% dan kualitas sebesar 14%.

Merek lokal dan merek luar negeri (campuran) menjadi pertimbangan penting bagi 62% responden dan ada 25% responden menganggap merek tidak penting. Kemudian responden yang memilih merek lokal sebesar 12%.

“Secara umum perlengkapan wisata yang dianggap responden wajib dimiliki adalah pakaian, tas/daypack/jaket, tenda, sepatu hingga kantong tidur. Responden juga menganggap standar uji produk yang akan mereka beli menjadi pertimbangan utama sebesar 93%,” jelas Heru.

Rekomendasi

Berdasarkan analisa hasil survei, Heru kemudian merekomendasikan beberapa saran yang disimpulkan sebagai berikut:

  • Pemerintah perlu melakukan antispasi untuk menyiapkan wisata Labuan Bajo lebih baik dengan infrastruktur yang baik dan juga antisipasi agar Labuan Bajo dan sekitarnya tidak menjadi mass tourism yang berisiko merusak kelestarian alam;
  • Pemerintah dan pelaku bisnis wisata perlu segera berbenah untuk melakukan antisipasi lonjakan arus wisata setelah vakum selama pandemi Covid-19;
  • Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk membuat konten advertising destinasi wisata melalui Sosial media yang banyak digunakan oleh pelaku wisata agar target kunjungan wisman dan winus tercapai;
  • CHSE, bukti vaksin hingga protokol kesehatan dan langkah antisipasi lain perlu diterapkan secara ketat oleh pengelola/operator wisata sesuai harapan masyarakat agar terhindar dari gelombang 3 Covid-19;
  • Setiap destinasi wisata perlu menyiapkan petugas bersertifikasi agar kenyamanan dan keamanan orang berwisata terjamin;
  • Industri peralatan dan perlengkapan wisata lokal masih dapat tumbuh karena responden tidak berpatokan harus produk luar negeri. Bahkan mereka menganggap merek tidak penting. Yang utama bagi mereka adalah model, warna, kegunaan dan kualitas.

You may also like

Leave a Comment